Sabtu, 01 Desember 2012


animasi  bergerak gif

HUT SMAN 1 SUKOHARJO'12















Ekonomi


1. Menghitung Pendapatan dengan Metode Pengeluaran
`
Diketahui data-data sebagai berikut (dalam miliar)
Sewa tanah Rp 30.000,00
Upah Rp 250.000,00
Bunga modal Rp 50.000,00
Laba usaha Rp 40.000,00
Hitunglah pendapatan nasional dengan metode pendapatan Jawab :
Y = r + w + i + p Y = Rp 30.000 + Rp 250.000 + Rp 50.000 + Rp 40.000 = Rp 370.000,00
Pendapatan per Kapita Negara ASEAN Tahun 2010 & 2011 International Monetary Fund (2010)
No. Negara Pendapatan Perkapita th.2010 Pendapatan Perkapita th.2011
1 Singapore US$ 41,122 US$ 50,714
2 Brunei US$ 33,000 US$ 36,521
3 Malaysia US$ 8,373 US$ 8,617
4 Thailand US$ 4,608 US$ 5,281
5 Indonesia US$ 2,946 US$ 3,469
6 Philippines US$ 2,140 US$ 2,255
7 Vietnam US$ 1,224 US$ 1,362
8 Laos US$ 1,177 US$ 1,204
9 Myanmar US$ 800 US$ 804
10 Kamboja US$ 795 US$ 912

B.indo


Karmina
Ada udang di balik batu
Ada cinta untuk ibuku

Kota demak kota wali
Kamu kok cakep sekali

Jambu merah dimakan wati
Jauh di mata dekat di hati

Makan mangga dicampur blewah
Mohon maaf segala salah

Gurindam
Jadi orang jangan suka iri
Lama-lama jadi penyakit hati

Bersenang-senanglah membaca buku
Agar semua menjadi tahu

Bila hidup tak pernah sembahyang
Nikmat surga pasti melayang



Auliyah Lika H
03/ X AKS 1
 
 
Pantun
Soda gembira tanpa sirup
Rasanya jadi pengen dibuang
Untuk apa gunanya hidup
Jika tidak pernah  bersembahyang

Buah pisang buah delima
Dipetik di Kota Bukittinggi
Asas cinta anak remaja
Sekejab cinta sekejab benci

Ke jogja beli baju batik
Sapa tau naik kereta api
Sahabatku yang cantik-cantik
Semoga persahabatan ini abadi


Puisi

HARI AKHIR
Oleh : Auliyah Lika Hanifa

Sudahkah engkau taubat ?
Sudahkah engkau berserah kepada-Nya?
Bumi diguncangkan sangat dasyat
Bak pasir yang dihembuskan
Manusia seperti kapas-kapas yang beterbangan.
Semua berkumpul di Padang Mahsyar
Dihitung semua tingkah lakunya
Andai mereka tahu…
Mereka ingin tempat yang diharapkan
Surga Firdaus…
Sayang, jika itu hanya jadi harapan
Seperti tidak mungkin
Dosa kita harus dipertanggung jawabkan
Tiada ampun baginya
Semua sudah terlanjur
Hai orang-orang yang beriman
Bersegeralah taubat dan beribadah
Kepada Allah SWT, sebelum terlambat
Agar tidak menyesal di esok hari.

Suku Batak


TUGAS SOSIOLOGI

`“SUKU BATAK “
OLEH :
`

1.    Auliyah Lika Hanifa                 (03)
2.    Budhi Nirmalajati           (04)
z
3.    Dina Fitriana Sholikah             (06)
4.    Rahma Kusuma Dewi             (15)



Kelas X Akselerasi 1

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
2012
SUKU BATAK
A.     Lokasi dan Sejarah Suku
Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa. Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum(Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di
zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal. Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
B.      Sistem Mata Pencaharian
Secara umum masyarakat Suku Batak bermata pencaharian sebagai petani.
Huta sebagai pemegang hak tanah ulanya (tanah persekutuan atas milik bersama yang digunakan untuk kepentingan bersama).
Masyarakat Batak mengenal :
1.    Tanah Panjaean : Tanah yang diberikan kepada seseorang laki-laki yang sudah berumah tangga, pemberian ini sebagai modal utama.
2.    Tanah Pau Seang : Tanah yang diterima seorang anak perempuan dari orang tuanya pada hari perkawinan.
3.    Tanah Parbagian : Tanah yang diwarisi oleh seorang anak laki-laki dari orang tuanya yang sudah meninggal.
Masyarakat Batak mengenal sistem kerja gotong-royong dalam bercocok tanam yang disebut Raron (Karo) atau Marsiurupan (Toba).

C.    Sistem Kekerabatan/Kemasyarakatan/Perkawinan
Sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
·      Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
·      Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.
Sistem Kekerabatan
Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.
Perkawinan suku batak
Pada dasarnya, Adat & Pernikahan Batak, mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral karena dalam pemahaman Pernikahan Batak, , bermakna pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria) , yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk/Pernikahan Adat itu.
Sebagai bukti bahwa santapan /makanan adat itu adalah hewan yang utuh, pihak pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan itu (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekornya masih melekat, hatu, jantung dll)klik Foto Nikah & Foto Perkawinan.Bagian-bagian tersebut disebut tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi jambar yang nanti dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai tanda penghormatan atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat) keberadaan/kehadira n mereka didalam acara adat tersebut, yang disebut parjuhut.silakan klk Perkawinan Adat& Perkawinan Batak untuk mengetahui informasi selanjutnya
Sebelum misi/zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama, lembu atau kerbau yang dipotong ini ( waktu itu belum ada pinahan lobu) tidak sembarang harus yang rerbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali ini menggambarkan hewan yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan sebagai tanda/simbol penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan tersebut. Cara memotongnya juga tidak sembarangan, harus sekali potong/sekali sayat leher sapi/kerbau dan disakasikan parboru (biasanya borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat paranak (ditaruhon jual). Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) , paranak sendiri yang menggiring lembu/kerbau itu hidup-hidup ketempat parboru. Daging hewan inilah yang menjadi makanan pokok “ parjuhut” dalam acara adat perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat paranak atau parboru, makanan/juhut itu tetap paranak yang membawa /mempersembahkan. Kalau makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya “namargoar/tudu- tudu sipanagnaon” tanpa “juhutnya” bukan namrgoar tetapi “namargoar rambingan” yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini terjadi di tempat paranak bermakna “paranak” telah melecehkan parboru, dana kalau ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang melecehkan dirinya sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah terjadi dua kali di Batam, yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai luhur adat itu.klik Foto Nikah & Foto Perkawinan.
Anggapan acara Perkawinan Adat & Perkawinan Batak rumit dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia diselenggarakan sesuai pemahaman dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menajdi rumit dan bertele-tele karena diselenggrakan sesuai pamaham atau seleranya.
D.     Bahasa
Bahasa Batak
Suku Batak memiliki bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak persamaan. Namun demikian, para ahli bahasa membedakan sedikitnya dua cabang bahasa-bahasa Batak yang perbedaannya begitu besar sehingga tidak memungkinkan adanya komunikasi antara kedua kelompok tersebut.

Bahasa Angkola, Mandailing, dan Toba membentuk rumpun selatan, sedangkan bahasa Karo dan Pakpak-Dairi termasuk rumpun utara. Bahasa Simalungun sering digolongkan sebagai kelomok bahasa yang berdiri diantara rumpun utara dan rumpun selatan, namun secara historis bahasa simalungun merupakan cabang dari rumpun selatan yang berpisah dari cabang Batak Selatan sebelum bahasa Toba dan bahasa Angkola-Mandailing terbentuk.

Semua dialek bahasa Batak berasal dari suatu bahasa purba (proto language) yang dianggap telah menurunkan beberapa bahasa yang sekarang ada. Sebagian kosakatanya melalui linguistic historis komparatif sampai sekarang diwariskan oleh rumpun batak Utara. Dalam hal ini rumpun utara yang melesarikan bentuk aslinya bahwa misalnya kata untuk bilangan tiga dalam bahasa Batak Purba adalah tělu. Bentuk ini sampai sekarang diwariskan oleh rumpun Batak Utara, sedangkan rumpun Batak Selatan mengalami pergeseran dari [ě] menjadi [o] sehingga tělu berubah menjadi tolu. Namun banyak contoh lainya pula di mana bentuk aslinya dipertahankan oleh rumpun selatan.

Rumpun Bahasa Batak

Bahasa Karo dan Simalungun sering disebut sebagai dua bahasa yang begitu berbeda sehingga sulit berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi, di daerah-daerah perbatasan Karo-Simalungun tidak ada maslah komunikasi karena di situ masing-msaing bahasa memiliki banyak kata dipinjam dari sebrang pembatas mereka. Hal demikian terjadi bukan bukan saja dari segi bahasa, dari segi budaya pula tidak ada perbedaan yang begitu mencolok di antara kampung-kampung Simalungun dan karo di daerah perbatasan. Demikian juga halnya di daerah perbatasan antara bahasa atau budaya Karo dan Pakpak atu Pakpak dan Toba sekalipun.

Bahasa Toba, Angkola, dan Mandaling tidak banyak berbeda. Jika ditelaah lebih jauh, bahasa Angkola dan Mandaling merupakan dua bahsa yang mempunyai sedemikian banyak persamaan sehingga pada umunya disebut bahasa Angkola-Mandaling saja. Dengan adanya kesinambungan linguistic antara suku-suku Batak, tidak mengherankan bahwa tiada juga perbedaan-perbedaan yang jelas antara varian-varian surat Batak. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada lima varian surat Batak. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada lima varian surat Batak, ialah Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, dan Angkola-Mandaling. Namun, kita harus mengingat bahwa baik dari segi bahasa, budaya maupun tulisan tidak selalu ada garis pemisah yang jelas antara kelima suku Batak tersebut karena kelima suku Batak itu mempunyai induk yang sama.

E.      Kesenian
Kesenian Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas  (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos, uis (kain tenunan Karo), dan lainnya. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .
F.      Sistem Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.
G.     Sistem Kepercayaan (Religi)
Sebuah kalender Batak yang terbuat dari tulang, dari abad ke-20. Dimiliki oleh Museum Anak di Indianapolis. Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
·       Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
·       Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
·       Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.

H.     Kepribadian Suku
-                Ciri Positif       : Menghargai kekerabatan, antara lain “Manat mardongan tubu” ( Saling menghargai dalam menjalin tali persaudaraan ); Somba marhula-hula elek marboru ( Menghargai dan menghormati saudara tanpa dipengaruhi faktor “posisi” dan “statusnya” dalam keluarga ). Melestarikan tarombo ( data silsilah keluarga ) adalah pengarsipan dan updating data generasi keluarga guna memelihara kekerabatan dan pengetahuan sejarah asal usul keluarga. Hanya beberap gelintir suku – bangsa di dunia ini yang memelihara data generasinya.
-                Ciri Negatif     : barangkali karena dominasi ulaon di adat yang cenderung semakin “ matre “ sehingga salah menerapkan “hamoraon, hagabeon, hasangapon” ( itu bukan falsafah hidup orang Batak, hanya syair lagu dari alm. Nahum Situmorang) sehingga kita cenderung menilai orang berdasarkan “apa isi kantongnya” bukan “apa isi kepalanya / otaknya “ .
-         Ciri perseorangan        : Tegas, terkesan ngotot tapi logis,terbuka, pantang menyerah, rajin beribadah(sering pergi ke gereja), konssiten, punya prinsip, suka berkelompok dan membentuk komunitas antar marga,  pekerja keras dan ulet.
-        Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat berbahaya. Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalam abad ini.